Inilah 3 Alasan yang Menjadikan Ketenangan Hati sebagai Pemulih Sakit Paling Mujarab










Anda pernah sakit parah sampai harus rawat inap di rumah sakit? Atau Anda adalah peserta prolanis, program khusus penderita penyakit kronis yang harus mendapatkan treatment continue dari dokter? Jika berada dalam situasi tersebut, sungguh sangat wajar apabila Anda merasa resah dan tidak nyaman. Setiap saat harus antre untuk kontrol dokter atau menebus obat. Makanan harus hati-hati dan juga tidak boleh terlalu capek. Yang paling menderita adalah jika saat sakit, sangat tergantung pada orang lain. Misal lumpuh, butuh orang lain untuk memenuhi keperluan pribadi, bahkan untuk sekedar ke kamar mandi.

Sakit adalah hal biasa yang sering kita dengar bahkan alami. Namun ketika sakit datang, sangat beragam reaksi seseorang terhadapnya. Apakah Anda pernah mengamati orang yang Anda kenal yang menderita sakit? Masih ingatkah Anda reaksi yang muncul ketika sakit? Sebagian orang ada yang punya sifat suka panik, suka mengeluh dan ingin menceritakan semua penderitaan kepada orang lain, di saat sakit mendera. Namun ada juga yang tenang, cenderung menyembunyikan rasa sakit dan menikmati masa-masa sakit sebagai ujian. Manakah yang lebih cepat membantu penyembuhan atau pemulihan sakit? Tentu saja yang kedua. 

Karena ternyata, banyak yang merasakan bahwa semua penderitaan itu bisa kita atasi dengan satu obat mujarab yaitu ketenangan hati dan pikiran. Tenang identik suasana tanpa gejolak, rileks, senyum, sabar, positive thinking, pasrah, tawakal, pengendalian diri serta hati yang nyaman dan damai. Saat sakit, ketenangan sangat dibutuhkan, lebih daripada obat itu sendiri.

Inilah alasan mengapa ketenangan bisa memulihkan sakit kita.

1. Ketenangan menyiratkan keyakinan bahwa Allah Maha Penyembuh

Tentu kita yakin Allah yang memberikan ujian sakit, dan Allah juga yang akan memberi sehat. Ketenangan kita saat sakit itu karena kita yakin sepenuhnya bahwa Allah sedang menyapa diri kita sebagaimana seseorang sedang menyapa sahabat karibnya di media sosial. Allah sedang memperhatikan kita, menguji keimanan dan kesabaran kita serta mengangkat dosa kita bersamaan dengan diangkatnya sakit kita, apabila kita ikhlas menjalaninya. Allah sedang berdialog dengan kita, mengingatkan kita dan meminta kita introspeksi diri kita. Apakah ada hak Allah yang belum kita tunaikan, apakah ada harta yang belum kita bersihkan dan sebagainya. Dengan ketenangan hati, tersirat sebuah keyakinan bahwa Allah pasti akan menyembuhkannya dan tidak akan membebani umat-Nya di luar kemampuannya.

2. Ketenangan menunjukkan prasangka baik pada Allah

Allah akan memberikan apa yang kita prasangkakan pada-Nya. Saat sakit melanda dan kita terlalu khawatir dan cemas, bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu, maka itu menunjukkan kita sedang buruk sangka kepada Allah. Lagipula, bukankah setiap ucapan kita adalah doa? Jika kita berpikir hal negatif, bukan tidak mungkin hal negatif pula yang kita dapat. Ketika kita tenang dan husnudzon bahwa itu bukanlah azab dari Allah melainkan ujian buat kita, maka otomatis kita sedang mengupayakan hal positif menghampiri kita.

3. Ketenangan mengurangi stres yang merupakan sumber penyakit.

Tenang memiliki makna berlawanan dengan stres atau tertekan. Pernah mendengar bahwa stres adalah sumber penyakit? Sering juga kan kita diberi nasihat seorang dokter untuk menjaga makanan dan mengurangi stres. Ini menunjukkan bahwa orang stres atau tertekan lebih gampang sakit daripada orang yang menghadapi segala sesuatu dengan tenang.

Bagikan lewat WHATSAPP yuk !!!!!!!

Rasulullah SAW bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)



TETAPLAH MEMBERI NASEHAT, WALAUPUN ENGKAU SENDIRI BANYAK KEKURANGAN


✍🏻 Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:



لو لم يعظ إلا معصوم من الزلل، لم يعظ الناس بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم أحد، لأنه لا عصمة لأحد بعده.


"Seandainya tidak boleh memberi nasehat kecuali seseorang yang terjaga (ma'shum) dari kekurangan, niscaya tidak akan ada seorang pun yang menasehati orang lain selain Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, karena tidak ada yang ma'shum selain beliau."



Lathaiful Ma'arif, hlm. 19




 
 
Klik untuk link ke : alikhlasmusholaku.top #Konten Islami dari berbagai sumber #Islamic content from various sources #


Bagikan dengan cara klik tombol Facebook, twitter, Goggle+, Pinterest, Blogger, Email dibawah ini  :



Subscribe to receive free email updates: